Wednesday, March 22, 2017

HACKSAW RIDGE (2016) - FILM RELIGI YANG BEDA!!

  No comments

Barusan saya sampling air laut ke Karangasem.  Rombongan kami berjumlah 4 orang. Satu sopir, pak Gusti, Bu Ewy, dan Saya. Sopir kali ini adalah pak Wayan Sama. Saya tanya ke dia nama saudaranya, ternyata nama saudaranya bukan Made Beda atau Nengah Different.

Pak Gusti adalah staf bidang 3, bidang yang berwenang mengambil sampel mulai tahun ini, sedangkan bu Ewy adalah atasan saya langsung.

Saya gak sengaja bikin kepala bu Ewy bocor. Asik ngobrol sama pak Gusti, saya ga sadar bu Ewy masih di dalam kabin belakang mobil. Saya main tutup aja pintu bagasinya. Kepentoklah dia. Awalnya saya kira cuma benjol aja, ternyata luka dan berdarah banyak banget. Saya speechless. Meski gak sengaja, saya sangat merasa bersalah. Pernah gak kalian saking merasa bersalahnya sampai mulut kalian tertutup?

Kejadiannya di pantai Candidasa. Selama perjalanan saya gak ngomong. Noleh ke belakang nengok kondisi ibunya pun enggak. Merasa gak enak soalnya. Saya hanya bisa berdoa lukanya cepet sembuh dan saya segera dimaafkan. Saya bisa ngebayangin gimana marahnya suami dan anak - anaknya bu Ewy kepada saya.

Berkali - kali saya meneriaki diri saya sendiri dalam hati,"Ibu orang itu woy!!" Bu Ewy mengobati lukanya sendiri dengan minyak yng dia bawa sendiri. Luka yang terbuka tidak berani dia kasi macem - macem. Kotak P3K pun kami tidak bawa. Untungnya sampai kami balik ke kantor kondisi bu Ewy masih stabil, dan dia gak ada ngebahas kejadian di Candidasa barusan.

Melihat darahnya bu Ewy, saya jadi inget film yang baru - baru ini saya tonton. Hacksaw Ridge.

Temanya religi, berlatar perang dunia. Awalnya tertarik pengen nonton karena Joko Anwar lewat twitternya bilang ini film calon peraih Oscar (sebelum boomingnya La La Land). Setelah nonton trailernya, Hacksaw Ridge tampak biasa aja. Pria yang menjadi tentara karena ingin membela negara dan menyelamatkan banyak tentara lain yang terluka, tapi gak mau megang senjata. Udah, gitu aja.

Ternyata saya terlalu underestimate film ini. Aslinya keren banget. Ketika saya puasa, berada di tempat makan, nyium/melihat bau makanan, atau ada orang lain yang makan saja sudah sangat mengganggu. Lah ini, Desmon (tokoh utama yang diperankan oleh Andrew Garfield) malah 'puasa' membunuh di medan perang.

Kita tahu sendiri gimana kejamnya medan perang. Berkali - kali Desmon hampir terbunuh tapi Ia tetap pada pendiriannya.

Jalan dia jadi tentara pun tidak mudah gara- gara prinsipnya ini. Ia berjanji tidak membunuh karena kepercayaan dan keyakinan yang dia anut melarang itu. Karena hal ini, berkali - kali Ia mendapat masalah di sekolah militer. Bahkan hampir dikeluarkan (dikeluarkan dari militer adalah aib yang sangat besar). Dipenjara karena dianggap pembangkang negara akibat tidak mau menyentuh senjata. Batal nikah gara - gara di hari-H dia malah masuk penjara. Diancam penjara seumur hidup. Dan masalah - masalah lainnya.


Pernah juga keyakinannya mulai rapuh. Seperti saat Ia dipenjara, dan saat di medan perang melihat sahabatnya tewas.

Tapi Ia berhasil memegang prinsipnya. Puncaknya ketika hari sudah malam, sendirian, tanpa senjata, menurunkan semua teman - teman terluka tapi masih bernafas. Bahkan ketika Ia sampai pada batas ketahanan fisiknya pun Ia tidak menyerah menyelamatkan lebih banyak orang (bahkan musuhnya sekalipun). Disinilah keluar kutipan paling terkenal dari film ini.


Buat saya sendiri kata - kata Desmon yang 'saya banget' ketika Ia frustasi melihat sahabatnya mati dan pasukannya dipukul mundur musuh. Ia bingung apakah jalan yang Ia jalani selama ini sudah benar. Hingga Ia berkata kepada Tuhan,"Aku tidak bisa mendengar-Mu". Kata - kata yang juga selama ini saya teriakan pada-Nya.

Dan dilanjutkan dengan berkata:


Film religi ini beda banget dengan film religi disini. Meski beriman tapi gak alim - alim banget, masih kenal yang namanya ciuman dan pacaran, serta pemeran utama disiksa dengan penderitaan - penderitaan yang pas. Mampu memainkan emosi, tapi gak lebay kayak sinetron - sinetron disini. Dan tentunya gak isi adegan pemeran utama mampu membuat orang yang dia sukai pindah agama seperti template film - film religi Indonesia saat ini :)))

Oia, mumpung saya inget, satu lagi yang menarik dari Hacksaw Ridge sudah pasti pemeran wanitanya. Cantik gak selalu seksi. Oh indahnya dirimu Teresa Palmer.



Wednesday, March 15, 2017

DIPAKSA NGAPALIN PANCA PRASETYA KOPRI, PADAHAL BUKAN PNS

  No comments

Selasa itu saya dateng afak telat ke kantor. Sampai kantor apel sudah mau selesai, tinggal sembahyang bersama. Saya nunggu di parkiran. Pas semua sudah mulai sembahyang, saya mengendap-endap masuk ruangan.

Lima sampai 10 menit kemudian apelnya kelar. Ewi yang pertama masuk ke ruangan. Masuk - masuk dia langsung ngasi kabar buruk. Di apel selanjutnya PNS maupun kontrak yang telat hari itu diminta maju menyebutkan Panca Prasetya Kopri.

Hal ini langsung jadi tubir. Terutama soal saya yang notabene bukan PNS yang diminta mengucapkan janji sakral tersebut. Saya ngerti maksud pak kepala ngasi intruksi kaya gitu. Hanya ingin menekankan kata 'disiplin' dalam sila kelima.

Saya gak masalah dihukum seperti itu. Karena saya memang salah. Tapi hukuman ini lumayan berat. Pertama, Panca Prasetya Kopri itu susah banget. Ngapalin sendiri di ruangan sepi aja bibir bisa selip, apalagi di depan bapak - bapak dan ibu - ibu PNS.

Apalagi Panca Prasetya Kopri kata - katanya banyak, kalimatnya panjang, dan menjelimet. Saking banyaknya, kata pembuka sebelum masuk ke sila aja sudah susah. Sebentar, kepanjangan KOPRI aja sudah bikin rentan salah sebut. Saya masih biasa menyebut kepanjangan KOPRI menjadi Korps Pegawai NEGERI Republik Indonesia. Padahal ga isi negeri. Kebiasaan dengan kepanjangan PNS soalnya.

Sedangkan kata KOPRI harus disebut dalam bentuk kepanjangannya. Baik dari judul sampai di dalam sila - silanya.

Setelah judul yang sulit (karena ada kata KOPRI-nya). Kesulitan selanjutnya adalah kalimat pembuka.
"Kami anggota Korps Pegawai Republik Indonesia adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berjanji:"
Itu saja sudah panjang. Gak cocok disebut kalimat pembuka, tapi sila ke-nol!

Kesulitan pertama dalam kalimat pembuka ini adalah selalu salah menyebutkan dua suku kata awal dengan menyelipkan kata 'adalah' diantara keduanya menjadi 'kami adalah anggota'.

Kemudian suku kata selanjutnya 'adalah insan yang beriman dan bertaqwa'. Kata - kata 'adalah insan' berdampingan dan 'beriman' meningkatkan level kesulitan dalam pengucapan Panca Prasetya KOPRI. Saya sering selip. Kalo lagi blank, nyebutnya jadi 'adalah iman yang berinsan'.

Masuk ke sila pertama.
"Satu. Setia dan taat kepada negara kesatuan dan pemerintah republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945"
Saya mengerti alasan kenapa ada kosakata 'negara kesatuan'. Maksudnya pasti kepanjangan dari NKRI. Tapi kalo maksudnya NKRI, kenapa musti diselipin kata 'pemerintah'??? Insecure banget ya pegawai gak setia dan taat sama pemerrintah? Bukankah kalo udah setia kepada NKRI, itu sudah termasuk dalam pemerintah??? Pemerintah dan negara kan satu kesatuan, ga perlu diperjelas lagi keleus.

Dan juga penambahan kalimat 'berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945". ga bisa sampai di kata 'Indonesia' langsung titik gitu? Jadi penasaran, gimana sejarah pembuatan janji ini. Pengen ngajak ngomong yang bikin. Kayanya susah banget hidupnya.

Sila kedua.
"Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara serta memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara"
Kemungkinan salah urutan penyebutan kata dalam sila ini sangat besar. Antara kata 'bangsa' dan 'negara' serta 'rahasia jabatan' dengan 'rahasia negara'.

Sila ketiga. SILA TERGAMPANG.
"Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan"
Meskipun gampang, kalo pas grogi atau ngeblank, tetep aja ada yang salah sebut atau tiba - tiba lupa. Saya bahkan bisa skip kata 'negara dan masyarakat' langsung menjadi 'Mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan'. Kan parah.

Sama satu lagi, penggunaan kata 'negara' dalam sila ini terasa susah disebutkan. Lebih terbiasa mengucapkan 'bangsa'.
"Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan koprs pegawai republik Indonesia"
Itu bunyi sila keempat. Setelah sila ketiga yang lumayan mudah, akibat terlena keringanan dari sila ketiga, sila keempat saya sering blank. Inget inti kalimatnya, tapi selalu lupa kata awalnya. Serta masalah lainnya, irama kalimat. Sampai sekarang saya belum menemukan irama yang pas untuk penyebutan sila ini.

Fiuh. Akhirnya.
"Menegakkan kejujuran, keadilan, dan disiplin, serta meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme."
Ini sila terakhir.Serng gak sabar pengen cepet menyelesaikan sila ini. Jadinya, karena terburu-buru, saya sering lupa kalimat setelah kata 'disiplin'. Padahal kalimat itu yang terpenting untuk pegawai egois seperti saya. 'Meningkatkan kesejahteraan."

Janji ini seakan dibuat biar serasi dengan citra birokrasi di negeri ini. Atau jangan - jangan birokrasi kita idektik dengan lelet dan alur terlalu panjang karena mengaplikasikan janji yang juga panjang ini??

Entahlah.

Yang pasti, sekarang setiap malam dan pagi saya selalu dihantui ketegangan. Cemas jika dipanggil. Tapi ada rasa ingin dipanggil, agar kalau sudah dipanggil maka penderitaan karena diliputi kekhawatiran ini segera hilang.

Tadi pagi harusnya ada yang dipanggil, tapi karena banyak yang dateng telat, ga jadi ada yang disuruh maju. Mungkin besok, atau besoknya lagi, atau lusa. Gitu terus sampe saya stres berkepanjangan.

Tapi ga mungkin saya mengajukan diri untuk maju. Soalnya saya belum PD apakah mampu menghapal dengan lancar. :p 



MUTASI YANG SAYA DERITA DALAM TUBUH INI

  No comments

Saya tergolong orang yang sangat buta akan strategi. Mikir dikit otak langsung bernanah. Pantesan saya ga suka main catur.

Padahal bapak kepala sudah bilang kalo dia hanya akan mimpin apel tiap selasa dan kamis, begonya saya malah selalu telat tiap hari itu. Saya sudah coba berubah, kok! Saya selalu tidur lebih cepet tiap senin malam dan rabu malam. Tapi sering kali tiap saya dateng on time, bapaknya yang ada undangan keluar sehingga gak mimpin apel.

Emang kayanya saya ga jodoh dateng pagi tiap selasa dan kamis. Pernah saya tidur jam 9 malem.Biar bisa bangun sebelum jam 6. Dan beneran bangun sebelum jam enam, tepatnya jam setengah 1 pagi. lalu gak bisa tidur lagi, sampai jam setengah 4 pagi. Setengah 4 pagi baru bisa tidur, dan kalian tahu sendiri akhirnya gimana. Jam 9 kurang saya baru bangun. Sedangkan apelnya jam setengah 8. Cakeeeep

Karena berulang kali kecewa gak ketemu bapak kepala saat apel, semangat bangun pagi saya mulai menurun. Saya yang orangnya sangat lemah dalam hal menghadapi kantuk, makin tak berdaya. Kendala terbesar hidup saya sehingga gak sukses-sukses emang gara - gara saya orangnya ngantukan. Makanya saya salut banget liat orang yang bisa tidur cuma 3 jam sehari. Tuhan sangat sayang bangets ama dia.

Sedangkan saya, saya percaya kalo saya sebenarnya bagian dari X-Man. Kumpulan manusia yang memiliki mutasi dalam tubuhnya. Kekuatan spesial saya pasti kemampuan untuk tidur dimana saja dan kapan saja. Kamu tnggal kasi bantal, atau area yang bersih, saya pasti bisa tidur disitu. Kalau orang main banyak masalah gak bisa tidur, saya makin stres tidurnya makin cepet.

Apakah saya pernah susah tidur? Pernah. Ketika saya sangat antusias menantikan hal yang akan datang esok hari. Biasanya ketika saya ada hal yang sudah ditunggu atau direncanakan.

Akibat fatal yang baru saya alami beberapa hari ini, yang membuat saya dihantui berhari - hari, bikin hidup saya gak tenang, adalah...... (Part 2)


Sunday, March 12, 2017

The Danish Girl (2015) - Suami Jadi Transgender Gara - Gara Istri

  No comments

Mungkin kalau ngomongin transgender di jaman sekarang, kontroversinya paling cuman di etika di masyarakat dan dari soal agama. Namun lain hal jika operasi transgender dilakukan di tahun 1920.

Itulah kurang lebih garis besar cerita dari The Danish Girl. Film ini menceritakan tentang operasi pergantian kelamin pertama (yang tercatat sejarah) yang dilakukan oleh manusia. resiko kematian akibat operasi masih sangat besar karena obat medis di kala itu belum secanggih dan selengkap sekarang.

Elbe dan Gerda adalah pasangan suami istri yang sama - sama bekerja sebagai pelukis. Gerda, sang istri, yang kesehariannya melukis dengan tema potrait tak bisa menunggu lagi modelnya yang terlambat datang. Ia meminta suaminya untuk menggantikan sang model untuk sementara. Hanya untuk mengambil contoh bentuk tubuh dan pakaian. Disinilah ketika Elbe diminta berpose layaknya perempuan, memakai sepatu perempuan, dan memegang pakaian perempuan selama Ia dilukis istrinya, jiwa lamanya yang terpendam perlahan muncul kembali.

Gejala ini sudah muncul ketia Elbe masih kecil. Ketika itu dia tidak mampu menahan hasrat untuk mencium Hans, temannya yang seorang anak laki - laki. Setelah itu Ia mampu membunuh dirinya yang lain jauh di dalam hatinya. Tapi kini, sosol Lili (Elbe versi wanita) yang telah lama mati bangkit dari kuburnya. Pelan - pelan Elbe mulai menyukai fashion wanita, bahkan suka memakai pakaian dalam istrinya.

Istrinya yang tidak mengetahui detail masa lalu suaminya sempat bingung dengan perubahan istrinya. Hanya saja Ia tidak begitu mempertanyakan perubahan suaminya.


Terlebih lagi secara mengejutkan, lukisan-lukisannya yang biasanya selalu gagal mendapat persetujuan sponsor untuk dipamerkan, ketika Ia memakai model suaminya sebagai model perempuan, sponsor dan orang - orang yang melihat malah menyukainya. Mereka penasaran siapa sosok di lukisan itu. Gerda sendiri menyembunyikan identitas asli model dalam lukisan itu dan mengatakan model di lukisan itu adalah Lili, sepupu dari suaminya.

Demi persiapan pamerannya di Paris, Gerda terpaksa berulang kali melukis Elbe sebagai Lili. Elbe pun makin betah dengan jati diri sebagai Lili. Elbe malah merasa kalau Lili adalah dirinya yang sebenarnya, dan enggan kembali sebagai Elbe.

Dilema dialami Gerda. Di satu sisi Ia tak ingin suami yang Ia sayangi, yang Ia kenal sangat menyayangi dia, berubah jadi Lili. Tapi di satu sisi Ia harus mengejar kesempatan untuk mewujudkan mimpinya yang mungkin hanya datang satu kali seumur hidup.

Akhirnya Gerda membiarkan suaminya makin terhanyut menyelami perannya sebagai Lili. Ia tidak sanggup melihat kegelisahan dan raut kesakitan di wajah suaminya kala suaminya menjadi Elbe. Di satu sisi, Ia juga tengah fokus dengan pamerannya.

Gerda memutuskan mengajak suaminya pindah ke Paris. Di Paris mereka bertemu doktor yang baru menemukan metode operasi transgender. Operasi berlangsung dua tahap. Pertama pelepasan alat kelamin pria. Ketika luka sudah sembuh dan pasien dianggap siap, barulah dilakukan operasi tahap kedua yaitu pembuatan alat kelamin wanita.


Puncak konflik terjadi di adegan ini. Bagaimana perjuangan Elbe/Lili menghadapi operasinya. Ketegaran Gerda sebagai istri dari suami yang transgender dan di saat bersamaan Hans (teman masa kecil suaminya) yang awalnya diminta tolong membantu kesembuhan Lili agar kembali jadi Elbe malah balik ingin selingkuh dengan Gerda.

Wajar Eddie Redmayne mendapat nominasu Academy Award sebagai pemeran pria terbaik untuk film ini. Jika dibandingkan dengan perannya sebagai Newt Scamander di Fantastic Beasts and Where to Find Them beda banget!

Dan ada adegan paling ditunggu saat Eddie Redmayne telanjang di depan kaca. Tapi kayanya kelamin pria yang disorot kameran milik stuntman.





Yang bikin saya gak habis pikir adalah Ben Whishaw. Kenapa dia selalu dapet peran gay? Di Cloud Atlas pun Ia mendapat peran sama. Setidaknya di The Danish Girl saya gak perlu melihat pantatnya seperti ketika Ia bugil di Cliud Atlas.





Thursday, March 9, 2017

COLONIA (2015) -- AKTING EMMA WATSON B AJA

  No comments

Saya selalu salah sebut judul film ini. Sering kepleset jadi Colonial (pake L di akhir).

Merupakan film Emma Watson pertama yang saya tonton setelah perannya di Harry Potter. Aktingnya B aja sih. Mungkin karena memang perannya disini tidak tidak terlalu aneh. Hanya seorang wanita biasa, berusaha membebaskan pacarnya yang seorang aktivis yang ditangkap pemerintah gara - gara mencoba melengserkan pemerintahan.

Yang bikin kaget malah lawan mainnya. Daniel Brühl. Dia sangat berbeda dari film terakhirnya yang saya tonton, Burnt. Di Colonia penampilannya seksi, maskulin, urakan, dan berantakan dengan rambutnya yang Ia biarkan panjang. Di pertengahan film Ia menjadi pemuda dengan keterbelakangan mental akibat disiksa oleh petugas keamanan. Padahal di Burnt dia jadi pria rapi dan gay.



Colonia adalah nama penjara di Cili. Tempat orang secara diam - diam menyiksa tahanan pendemo pemerintah, dan melakukan pelecehan seksual terhadap anak - anak.


CLOUD ATLAS (2012) -- BIKIN BINGUNG & MELELAHKAN

  No comments

Intinya film ini pengen bilang kalo hidup kita saat ini, ada kaitannya dan pengaruhnya dengan kita di kehidupan yang lalu. Cara sutradara menyampaikannya dengan membuat film, dengan 6 plot cerita, dari 6 masa. Dimana pemain yang sama hidup di semua masa, tapi jiwa/roh si tokoh utama diperankan oleh para artis secara bergantian.

Ini yang bikin bingung. Misal nenek moyang tokoh utama pada kehidupan ke-1 diperankan oleh A, di era selanjutnya Ia lahir kembali dengan muka B (dimana di kehidupan ke-1 si B berperan sebagai musuh si A). Begitu terus muter sampai kehidupan ke-6. Semua pemain dapet bagian menjadi renkarnasi si tokoh utama.


Saya yang nonton tanpa pernah baca previewnya dibikin pusing sepanjang 5/6 cerita. Film ini sangat panjang. Sampai 3 jam! Dan di 2 setengah jam cerita film baru saya mulai mengerti tentang jalan cerita film ini.

Cloud Atlas adalah film yang melelahkan. Durasinya gak mau kalah dengan film - film bollywood. Sepanjang film saya berkali - kali melihat jam. "Ini kapan selesainya..?" pikir saya, selain juga berkali - kali bertanya - tanya,"Ini maksudnya apa? Orang ini siapa??"


Wednesday, March 8, 2017

BURNT (2015)

  No comments

Burnt berhasil memuaskan harapan saya dari sebuah film bertema kuliner. Mata saya dimanjakan oleh penampakan makanan - makanan enak, serta proses membuatnya yang sudah seperti melukis di atas kanvas.

Awalnya saya kira Burnt ini adalah sekuel, karena di awal diceritakan tokoh utama baru terbebas dari hukuman, lalu mulai menyatukan puing - puing kehidupannya kembali. Cuman setelah saya cari, ternyata Burnt adalah film tunggal. Steven Knight sebagai penulis cerita sukses menyampaikan masa masa lalu dengan baik melalui dialog - dialog antar tokoh, dan dari adegan - adegan yang dialami si tokoh utama. Meski tidak ada adegan flaskback ke masa lalu, saya bisa tahu kurang lebih apa yang terjadi di masa lalu pada film ini.

Saya ikut merasakan ketegangan yang terjadi di dapur di balik sebuah restoran. Saya jadi mengerti, dibalik makanan yang kita santap saat berkunjung ke tempat makan, ada keringat dari pembuatnya, ada tekanan mental yang dialami oleh crew, dan perjuangan untuk memberi sesuatu yang sempurna kepada pengunjung.


Saya yang mental lemah ini gak kebayang jika saya berada di posisi anggota tim chef dalam film tersebut, atau bahkan di dapur restoran seluruh dunia. Mereka harus cepat, mengingat pesanan datang dalam waktu singkat, belum lagi jika pesanan yang datang sangat banyak. Kalo saya ada disitu, mungkin saya sudah jantungan bahkan sebelum restorannya tutup di hari pertama saya bekerja.

Fakta mencengangkan saya dapat dari film ini. Ternyata, banyak dari kita underestimate kepada restoran-restoran cepat saji. Citra mereka dalam benak kita sudah terlanjur buruk karena kualitas kesehatan dalam kandungan makanannya. Padahal kalo dari dunia kuliner, restoran cepat saji memiliki satu kekuatan besar yang menjadi syarat sebuah restoran bisa dikatakan bagus.

Hal itu adalah: konsisten.

Baik dari rasa, takaran bumbu dan bahan makanan, ukuran dari masang - masing makanan yang disajikan.


Kalau menurut saya sih karena memang resto kayak mekdi atau kfc resep dan cetakan bahannya sudah template, makanya bisa konsisten dari segi rasa dan ukuran. Sedangkan resto - resto khususnya resto berbintang, semua ditata dan dibuat secara manual. Keahlian dan keterampilan koki sangat berpengaruh disini. Makanya mahal, karena ada effort yang sangat besar dalam prosesnya.

Satu lagi yang saya pelajari dari film ini adalah semua benda yang diletakkan di dalam piring pengunjung, bukan sekedar hiasan biar cantik semata. Semua bisa dimakan. Koki tidak akan meletakkan sesuatu yang tidak bisa dimakan di atas piring. Baik itu rerumputan, dedaunan, sampai bunga, semua layak dimakan. Dan rasanya enak! (kata filmnya)

Film ini sangat menarik. Bahkan saya sampai gak berasa pas asik nonton tiba - tiba sudah ending aja, saking terhanyutnya saya dalam tiap adegan - adegan yang ditampilkan. Serta hasil dari tangan dingin sutradara John Wells mengarahkan setiap adegan dan akting para pemainnya.




Perpanjang SIM Online di Poltabes Denpasar

  No comments

Pada akhirnya saya gak kesampean ngurus SIM Online yang sesungguhnya. Soalnya pada saat bawa berkasnya ke poltabes, disana gak ada yang bisa saya tanya. Loket informasi kosong, beberapa polisi yang saya tanya malah nyuruh saya ke tempat pengurusan SIM secara manual. Ujung - ujungnya saya malah ngikutin prosedur seperti perpanjang SIM offline. -___-

Dan saya baru melihat lokasi registrasi ulang pengurusan SIM Online ketika nunggu antrian cetak foto melalui jalur normal. #shithappen.

Ruangan pengurusan SIM waktu itu lagi penuh banget. Saking penuhnya sampe saya gak bisa lihat ruangan pengurusan SIM online. Pengunjung yang datang pun pada berdesak-desakan di depan loket. Tidak ada sistem antri di markas petugas keamanan sungguh sebuah ironi.

Sebenarnya ada sistem penomeran antrian, dan antrian berbaris, hanya saja ketika itu susana memang sedang kacau karena satu loket tidak dibuka. Petugas keamanan melalui pengeras suara meminta permakluman pengunjung karena ketika itu 50% personil ditugaskan mengamankan kunjungan Raja Salman di Nusa Dua.


Hampir saja saya batal ngurus perpanjangan SIM ketika itu. Ketika menyerahkan berkas SIM Online di loket koreksi, oleh petugasnya saya disuruh ke polsek di kampung, sesuai dengan alamat saya di KTP. Saya sempat meninggalkan loket, kemudian balik lagi ke loket koreksi karena saya gak terima sudah jauh - jauh kesini malah disuruh ke kampung. Padahal di form SIM Online terang - terangan tertera polsek yang saya tuju untuk perpanjang SIM secara online adalah poltabes Denpasar.

Petugasnya sudah ganti ketika saya kembali. Yang sebelumnya pria, sekarang menjadi ibu - ibu. Ibu - ibu ini baik dan sabar, serta tetap bisa tersenyum. Dan dengan mulus berkas saya diterima dan saya diberi nomer antrian untuk selanjutnya menunggu panggilan untuk difoto. Mungkin saya kala itu sedang beruntung saja, seandainya yang jaga masih bapap polisi yang tadi, ceritanya mungkin berbeda.

Meski saya tidak sepenuhnya menjalani proses perpanjangan SIM online di poltabes, saya bisa melihat banyak keuntungan dari ngurus SIM secara online. Sistem online memotong proses berdesak-desakan mengantri mengambil blangko. Blangko bisa diisi dirumah atau dimana pun kalian suka, semasih disana terhubung oleh internet untuk mengangkes situs ke sim online polri. Dan lagi ruangan sim online di poltabes sangat sejuk. Jauh berbeda dengan ruangan SIM manual.

Dari jam sembilan tiba di poltabes, setelah menunggu sekitar 4 jam, akhirnya jam 1an SIM saya jadi. Momen ketika nama saya dipanggil untuk mengambil kartu menjadi salah satu momen terbaru dalam hidup saya yang masuk kategori momen terindah. Mengingat bagaimana perjuangan saya selama kurang lebih 4 jam disini. Kebingungan, keringetan, kegerahan, lupa sarapan dan minum (artinya saya puasa setengah hari. hahahaha), capeknya menunggu, diomelin polisi gak jelas (cuma ditanya ditanya lokasi SIM online aja pake bentak - bentak). hampir batal bahkan gagal ngurus SIM.


Saking senengnya, saya gak ragu - ragu memakai jasa laminting yang buka lapak di parkiran poltabes. Saya biasanya pelit soal beginian, biasanya saya laminating di tukang fotocopy, atau bungkus pakai plastik. Karena senengnya, saya rela memakai jasa bapak ini, meski riskan kena 'palak' harga tinggi.

Tapi ternyata hasil laminating bapak ini rapi. Laminatingnya memakai sejenis screen guard untuk hape.


Satu lagi hal unik yang baru saya sadari ketika ngurus SIM online ke poltabes tadi adalah: jika kamu ingin melihat puluhan hingga ratusan orang berzodiak sama berkumpul dalam satu tempat, datanglah ke tempat pengurusan SIM. :))

Oia, bayar SIM onlie cuma 75ribu. Biaya surat keterangan dokter di puskesmas Denpasar sebesar 21rb.

*

SIM Online part 1



Saturday, March 4, 2017

SEORANG PRIA NGAMUK DI PUSKESMAS DENPASAR

  No comments

Jika hendak berhadapan dengan birokrasi, ngurus surat dan semacamnya, kita musti siap nyiapin waktu lebih. Makanya pas denger di Jakarta dan daerah lain sudah bisa ngurus surat - surat kependudukan dan hal lainnya kurang dari 10 menit, saya iri.

Bulan ini masa berlaku SIM saya habis. Saya mulai memutar otak bagaimana teknis ngurus SIM yang akan saya tempuh. Selama ini saya ngurus SIM-nya lewat calo. Bayarnya lebih mahal, tapi tidak perlu capek - capek antri, berdesak-desakan, dan memakan waktu yang lama. Kalau mau sesuai tarif normal, musti nyiapin waktu, tenaga, dan kesabaran. Seperti hukum tak tertulis yang berlaku dalam bisnis pelayanan.


Karena terbentur jam kerja kantor saya, saya tidak bisa mengurus langsung ke polres lewat jalur resmi. Saya titipurusan ini ke ibu. SIM saya fotocopy, aslinya dibawa ibu, fotocopyannya saya yang bawa. Buat jaga - jaga kalo di jalan ada razia. Kalo polisi yang ngadain razia nanya, saya bilang aja SIM saya hilangg atau sempet ada insiden di jalan dan SIM saya ditahan sama korban saya. :p

Ternyata kenalannya ibu gak bisa ngurusin kalo belum mepet tanggal berlaku SIM-nya mati. Kebetulan waktu itu SIM saya baru habis masa berlakukan satu bulan kemudian. Dapatlah saya info kalau sekarang bisa ngurus SIM lewat jalur online. Saya pun mencobanya. Karena yang namanya online, HARUSNYA lebih gampang, cepat, dan praktis.

Ternyata caranya mudah sekali. Dibantu pacar (saya belum sempat nyari wifi/internet), daftar online tidak lebih dari 10 menit! Asal data yang dibutuhkan sudah lengkap, seperti data di SIM lama, nomor KTP, dan data KTP orang tua.

Kesulitan yang saya alami adalah menentukan Polres tempat saya akan mengurus SIM online nantinya. SIM yang lama domisilinya di Klungkung, sedangkan saya tinggal di Karangasem. Saya coba pakai Polres Karangasem, ternyata gagal. Dari keterangan yang tertera di web-nya, Polres Karangasem belum terdaftar di sistem. Saya coba ganti ke Polres Klungkung, lalu tiba - tiba kepikiran sekalian saja mencoba di Poltabes Denpasar biar deket. TERNYATA MAU!

Jadi kesimpulannya: SIM Online bisa dilayani dimana saja.

Setelah semua tahap terlewati, kita akan mendapatkan bukti registrasi via email. Nanti bukti itu diserahkan ke polres yang dituju untuk mendapatkan SIM. Di bukti pendaftaran dicantumkan berkas - berkas yang harus dibawa saat pendaftaran ulang, seperti KTP asli dan fotocopy, SIM lama dan fotocopy, serta surat keterangan sehat dari dokter.

Hati - hati dalam menulis data di situsnya, saya sempat keliru menulis nomer SIM lama, sehingga gagal mendaftar. Pelan - pelan aja ngisinya. Cek berkali - kali. Pastikan gak ada yang salah. Jangan panik jika gagal dalam percobaan pertama. :)

Pendaftaran SIM online selengkapnya bisa disimak pada video di bawah ini.


Hal yang saya lakukan selanjutnya adalah mencari surat keterangan sehat. Saya cari ke Puskesmas terdekat dari kos saya. Kalian juga bisa mencarinya di RS. Saya kurang tahu apakah ke dokter pribadi juga bisa, tapi itu patut untuk dicoba.

Resiko memilih puskesmas di kota besar, pengunjungnya selalu rame. Saya bersyukur ada pria yang ngamuk ke petugas puskesmas. Ia membuka pintu pol umum dan dari pintu Ia bicara ke petugasnya,"Belum selesai, Bu? Saya sudah satu setengah jam nunggu disini."

Petugas meminta pria itu untuk bersabar sedikit lagi. Sayangnya pria itu sudah terlanjur emosi. "Saya ga jadi deh bikin surat disini! Lama sekali." lalu Ia ke kasir, "Saya minta uang saya kembali, ga jadi saya bikin surat disini."

Petugas kasir gak bisa ngomong apa - apa. Dia balikin uang si bapak itu. Bapak itu pun pergi bersama pacarnya.


Drama pun dimulai.

Petugas tergesa - gesa keluar pol umum, mengejar pria tadi sambil membawa surat keterangan sehat si pria,"Pak, pak, tunggu sebentar! Ini suratnya sudah jadi!" teriak ibu petugas sambil berlari.

Pria yang masih belum jauh (kayanya baru sampai di parkiran) rupanya udah ga emosian lagi. Dia nutur diajak balik ke puskesmas. Ngurus administrasi lebih lanjut untuk diisi di surat keterangan sehat, seperti misalnya tensi dan data lain. Untung dia nyari surat untuk pacarnya, kalo pria ini yang nyari surat keterangan dokter ketika itu, dan dicek tensinya, hasilnya pasti tinggi. Kan habis marah - marah :)) Suratnya bukan jadi keterangan sehat, tapi keterangan sakit.

Kenapa kejadian ini menjadi keuntungan untuk saya? Karena, saya jadi ada hiburan untuk ditonton sambil nunggu giliran dipanggil (meski sempet ikut tegang juga nontonnya), pasca kejadian ini semua petugas jadi lebih sigap kerjanya. Front office yang tadinya letoy menerima pengunjung yang datang dan memanggil nomer antrian pengunjung, sekarang jadi bersemangat. Begitu juga petugas kasir dan lainnya. Sekarang jadi berasa nonton video, tapi kecepatan videonya dimajukan 1,5x. Saya dari bayar di kasir, sampai menerima surat keterangan sehatnya bahkan tidak sampai 10 menit. Thx bapak yang tadi.


Pacar bilang biaya bikin surat keterangan sehat cuma 7000 perak. Untung saya bawa uang lebih. Kenyataannya bayar 21ribu. Tujuh ribu itu kalo di puskesmas-puskesmas di kabupaten Badung.

Surat keterangan sehat udah dapet, saatnya bayar biaya perpanjangan SIM. Di lembar registrasi pendaftaran online tercantum biaya perpanjangan SIM sebesar 75ribu. Di situsnya dijelaskan kalo bayarnya bisa di ATM BRI.

Saya gak punya ATM BRI. Kebetulan kantor deket dengan kantor BRI, saya langsung saja ke kantornya. Nyampe sana, saya langsung nanya ke security, bayar perpanjangan SIM di bagian mana? Pak security tampak bingung. Ia minta waktu untuk bertanya ke petugas di bagian office, ruangannya di dalam, sambil membawa lembar registrasi milik saya.

Lima menit kemudian security kembali,"Bli sudah coba ke polresnya langsung?" tanya pak security.

Saya jelasin kenapa saya milih bayar langsung kesana.

"Coba langsung ke polresnya saja ya, Bli," saran pak security lagi.

Saya langsung ingat kalau memang ada stand bank BRI di setiap polres. Saya pun mengiyakan saran pak security. Dan berencana langsung bayar ke polres dua hari lagi. Soalnya besoknya saya gak bisa ke polres karena ada tugas lapangan ke Jembrana yang tampaknya sampai sore, dan ketika saya di BRI itu pun sudah lewat jam 12, sedangkan di keterangan pada lembar bukti pendaftaran/registrasi SIM online disebutkan untuk datang dari jam 8 - 12 siang.

Saya sempat mencoba bayar lewat ATM minjem kartu ATM-nya pacar. Jadi ketika setelah memasukkan pin, pilih opsi pembayaran ->  lainnya -> POLRI -> SIM. Akan muncul perintah memasukkan nomor registrasi. Namun ketika saya mencoba memasukkan nomor registrasi, gagal. Sistem menolak. Muncul keterangan kalau pembayaran untuk pilihan itu belum ada. Saya coba beberapa kali, saya lebih cermat lagi ketika memasukkan nomer registrasi, tetap tidak bisa. Saya simpulkan, mungkin untuk di Bali belum tersedia layanan pembayaran SIM Online lewat ATM.

Pada hari sabtu jam 8 saya pergi ke polres. Gak sempet makan, bahkan minum, tapi masih inget mandi Saya buru-buru ke polres. Jam 8 sudah termasuk kesiangan kalo mau ke polres di hari sabtu. Pacar sudah nanya ke bapaknya yang  seorang polisi tentang jam operasional polres di hari sabtu. Katanya polres cuma buka sampai jam 10.

Saya sudah panik. Baru bangun jam sudah nunjukin pukul 8 kurang dikit. Motor gak isi bensin, dan rantainya kendor. Sempet mampir ke bengkel langganan, ternyata belum buka. Mungkin ini cara tuhan mau ngasi tahu saya untuk ke polres aja dulu, ngurus motornya nanti setelah urusan SIM selesai.

Jam 9 lebih dikit, saya sudah sampai polres. Setibanya disana, kondisi tempat pengurusan SIM benar - benar chaos. Apa yang terjadi disana? Saya lanjutkan di tulisan selanjutnya.



Wednesday, March 1, 2017

END (Trip ke Lumajang part 4)

  No comments

Skedul selanjutnya sekembalinya kami dari Alas Purwo adalah mandi. Sambil nunggu antrian, saya mengisi batre hape. Saya mempersiapkannya sangat matang hingga bawa colokan triple socket dari rumah, biar ga rebutan terminal.

Kami mandi di kamar mandi yang tersedia di Pura Blambangan. Kamar mandinya cukup banyak. Bahkan ada kamar mandi khusus untuk pendeta. Dan yang paling penting: kamar mandinya GRATIS!

Kamar mandinya memang sempit. Tapi sangat bersih. Untuk sekelas kamar mandi umum, hal ini sangat spesial. Rasanya kalo saya ngekos deket pura Blambangan, saya akan tiap hari mandi kesitu. Sekalian biar hemat biaya air.

Usai mandi, kami makan bareng. Menu yang sama: nasi kotak. Kayaknya lauknya pun juga sama dengan yang kami dapatkan saat baru berlabuh di Ketapang.

Pedagang yang jualan tempat tirta, juga jual anekan jajanan, minuman, dan oleh - oleh. Saya coba tawar, buat dibawa pulang untuk oleh - oleh. Sayangnya tawar menawar kami gagal. Saya tidak mampu membujuk dagangnya, dan proses jual beli diantara kami urung terjadi. :3

Kelar makan, kami langsung berangkat menuju Lumajang. Kata travelnya, perjalanan memakan waktu kurang lebih 5 jam memakai bis. Itu sama dengan saya lima kali bolak - balik Denpasar-kampung saya di Karangasem!

Saya coba bawa tidur saja. Kondisi saya dari Bali sudah gak enak. Kepala pusing sekali dan agak sedikit mual. Awalnya saya coba tahan biar gak dikit - dikit langsung ke obat kimia. Tapi sakitnya makin gak tertahankan. saya minum paracetamol, sakitnya hanya berkurang sedikit. Sedikit-banget. Bahkan sampai balik dari Lumajang sakitnya gak hilang -hilang, padahal udah makan hampir 4 paracetamol selama 2 hari. Sampe Gilimanuk saya putuskan minum Antimo, bukan untuk menghilangkan sakit kepala, tapi biar bisa tidur tenang tanpa gelisah menahan sakit, dan baru bangun kalo pas sudah sampai Denpasar.

Gara - gara sakit kepala ini, kenikmatan trip kali ini jadi berkurang. Saya jadi gak bisa terlalu berbaur karena gerak terbatas akibat menahan sakit. Di atas kapal saat menyeberang balik ke Bali pun saya hanya bisa duduk dan menempelkan kening di besi pegangan kapal. Hanya untuk merasakan dinginnya besi, biar kepala agak adem dan memberi tekanan kepada kening untuk mengurangi rasa sakit.

Ketika tidak tahan nahan sakit, sesekali saya minta bapak saya yang duduk di sebelah saya memijat leher bagian belakang saya. Rasanya lumayan enak. Tapi seringkali juga saya memijat diri saya sendiri biar gak terus-terus merepotkan. Ketika saya melakukan pijitan untuk diri sendiri, disitu saya merasa menyedihkan banget. #ngenes T_T

Sampai di Lumajang waktu sudah hampir tengah malam. Rintik - rintik hujan menyambut kedatangan kami. Kami langsung menuju pura untuk bersembahyang. Setelah itu acara bebas dan balik ke Bali esok pagi.

Sebelum kesini, saya di Bali sempet browsing dahulu nyari info tentang Lumajang. Di foto Lumajang tampak sangat keren, tapi melihat langsung, lebih keren lagi. Megah banget. Gelapnya malam dan rintik hujan tidak mengurangi keindahan gapuranya yang sangat khas. Esok paginya, gapura ini makin tambah cantik.





Selesai sembahyang dan makan sate kambing di warung dekat pura, saya dan bapak memutuskan tidur di areal pura bersama pemedek (umat yang datang ke pura untuk bersembahyang) lainnya. Yang lainnya ada yang menyewa penginapan.

Kami tidur di lantai-lantai sekitar areal pura yang diijinkan. Area pura biasanya dibagi menjadi 3 bagian. Bagian tengah dan dalam yang harus steril dari kegiatan menginap ini.

Agenda menginap ini diluar prediksi saya dan bapak. Awalnya kami kira selesai sembahyang di Lumajang, kami langsung balik, sehingga kami tidak mempersiapkan karpet atau alas tidur. Beberapa menit kami bolak - balik masuk pura. Sempet ke bis, lalu berubah pikiran dan balik ke pura lagi. Mondar - mandir mencari apakah ada space karpet kosong yang bisa kami tiduri agar tetap hangat. Kami bener - bener kayak anak hilang. Saya jadi merasa menyedihkan. #ngenes #2

Ada space karpet yang kami lihat kosong, tapi ga enak minta ijin sama yang punya. Biasanya pemedek yang tidur itu berjejer bersama keluarganya, tengsin aja gitu kami dua pria dewasa menyusup diantara mereka.


Mungkin bapak udah saking ngantuknya, Ia tidur di lantai kosong terdekat yang Ia lihat. Saya amat kasian melihat dia tidur di lantai tanpa alas dan selimut semalaman. Ada beberapa orang yang tidur di karpet dan menggulung ujung karpet sebagai pengganti bantal. Padahal sisa karpet yang digulung itu lumayan untuk menampung banyak orang. Grrrrr

Bapak sudah tidur duluan. Saya masih mencari lokasi tidur yang lebih layak untuk kami berdua. Tampak ada tempat agak ke dalam yang terlihat hangat. Meski gak ada alasanya juga, setidaknya gak sedingin di luar tempat bapak tidur sekarang. Saya tidak tega jika sampai melihat dia masuk angin. 

Tidurlah kami berdua di tempat pilihan saya.

Esok pagi kami mandi secara bergiliran. Setelah dua kali memakai kamar mandi untuk cuci muka, dan buang air kecil kemarin malemnya, saya melihat banyak temen - temen pria belok ke belakang wc yang saya masuki alih - alih masuk kesini. Saya ikuti mereka. Penasaran.

Ternyata kamar mandi cowo yang benar ada disana! Jadi selama ini saya masuk kamar mandi cewe. Untung ga ada cewe yang masuk, atau ada yang melihat saya masuk ke tempat yang salah.

Abis mandi, sembahyang, lalu kami sarapan bareng. Kali ini makannya tidak nasi kotak. Tapi prasmanan di sebuah warung deket pura yang sudah dibooking untuk kami semua. Saya juga sempat beli oleh - oleh, yang harganya gak jauh beda dengan harga di pura Blambangan. Mungkin belum rejeki pedagang di Pura Blambangan mendapat uang saya. :))

Perjalanan ini pun usai. Kami balik ke Bali. Saya meringis kesakitan sepanjang perjalanan menahan sakit kepala (kecuali pas makan antimo, saya tidur pules banget, bangun - bangun sudah tiba di kantor bapak).



Btw, sakit kepala ini terus menyerang saya sampe seminggu kedepan. -___-"

*

Trip Lumajang part 1part 2part 3