SEORANG PRIA NGAMUK DI PUSKESMAS DENPASAR
Jika hendak berhadapan dengan birokrasi, ngurus surat dan semacamnya, kita musti siap nyiapin waktu lebih. Makanya pas denger di Jakarta dan daerah lain sudah bisa ngurus surat - surat kependudukan dan hal lainnya kurang dari 10 menit, saya iri.
Bulan ini masa berlaku SIM saya habis. Saya mulai memutar otak bagaimana teknis ngurus SIM yang akan saya tempuh. Selama ini saya ngurus SIM-nya lewat calo. Bayarnya lebih mahal, tapi tidak perlu capek - capek antri, berdesak-desakan, dan memakan waktu yang lama. Kalau mau sesuai tarif normal, musti nyiapin waktu, tenaga, dan kesabaran. Seperti hukum tak tertulis yang berlaku dalam bisnis pelayanan.
Karena terbentur jam kerja kantor saya, saya tidak bisa mengurus langsung ke polres lewat jalur resmi. Saya titipurusan ini ke ibu. SIM saya fotocopy, aslinya dibawa ibu, fotocopyannya saya yang bawa. Buat jaga - jaga kalo di jalan ada razia. Kalo polisi yang ngadain razia nanya, saya bilang aja SIM saya hilangg atau sempet ada insiden di jalan dan SIM saya ditahan sama korban saya. :p
Ternyata kenalannya ibu gak bisa ngurusin kalo belum mepet tanggal berlaku SIM-nya mati. Kebetulan waktu itu SIM saya baru habis masa berlakukan satu bulan kemudian. Dapatlah saya info kalau sekarang bisa ngurus SIM lewat jalur online. Saya pun mencobanya. Karena yang namanya online, HARUSNYA lebih gampang, cepat, dan praktis.
Ternyata caranya mudah sekali. Dibantu pacar (saya belum sempat nyari wifi/internet), daftar online tidak lebih dari 10 menit! Asal data yang dibutuhkan sudah lengkap, seperti data di SIM lama, nomor KTP, dan data KTP orang tua.
Kesulitan yang saya alami adalah menentukan Polres tempat saya akan mengurus SIM online nantinya. SIM yang lama domisilinya di Klungkung, sedangkan saya tinggal di Karangasem. Saya coba pakai Polres Karangasem, ternyata gagal. Dari keterangan yang tertera di web-nya, Polres Karangasem belum terdaftar di sistem. Saya coba ganti ke Polres Klungkung, lalu tiba - tiba kepikiran sekalian saja mencoba di Poltabes Denpasar biar deket. TERNYATA MAU!
Jadi kesimpulannya: SIM Online bisa dilayani dimana saja.
Setelah semua tahap terlewati, kita akan mendapatkan bukti registrasi via email. Nanti bukti itu diserahkan ke polres yang dituju untuk mendapatkan SIM. Di bukti pendaftaran dicantumkan berkas - berkas yang harus dibawa saat pendaftaran ulang, seperti KTP asli dan fotocopy, SIM lama dan fotocopy, serta surat keterangan sehat dari dokter.
Hati - hati dalam menulis data di situsnya, saya sempat keliru menulis nomer SIM lama, sehingga gagal mendaftar. Pelan - pelan aja ngisinya. Cek berkali - kali. Pastikan gak ada yang salah. Jangan panik jika gagal dalam percobaan pertama. :)
Pendaftaran SIM online selengkapnya bisa disimak pada video di bawah ini.
Hal yang saya lakukan selanjutnya adalah mencari surat keterangan sehat. Saya cari ke Puskesmas terdekat dari kos saya. Kalian juga bisa mencarinya di RS. Saya kurang tahu apakah ke dokter pribadi juga bisa, tapi itu patut untuk dicoba.
Resiko memilih puskesmas di kota besar, pengunjungnya selalu rame. Saya bersyukur ada pria yang ngamuk ke petugas puskesmas. Ia membuka pintu pol umum dan dari pintu Ia bicara ke petugasnya,"Belum selesai, Bu? Saya sudah satu setengah jam nunggu disini."
Petugas meminta pria itu untuk bersabar sedikit lagi. Sayangnya pria itu sudah terlanjur emosi. "Saya ga jadi deh bikin surat disini! Lama sekali." lalu Ia ke kasir, "Saya minta uang saya kembali, ga jadi saya bikin surat disini."
Petugas kasir gak bisa ngomong apa - apa. Dia balikin uang si bapak itu. Bapak itu pun pergi bersama pacarnya.
Drama pun dimulai.
Petugas tergesa - gesa keluar pol umum, mengejar pria tadi sambil membawa surat keterangan sehat si pria,"Pak, pak, tunggu sebentar! Ini suratnya sudah jadi!" teriak ibu petugas sambil berlari.
Pria yang masih belum jauh (kayanya baru sampai di parkiran) rupanya udah ga emosian lagi. Dia nutur diajak balik ke puskesmas. Ngurus administrasi lebih lanjut untuk diisi di surat keterangan sehat, seperti misalnya tensi dan data lain. Untung dia nyari surat untuk pacarnya, kalo pria ini yang nyari surat keterangan dokter ketika itu, dan dicek tensinya, hasilnya pasti tinggi. Kan habis marah - marah :)) Suratnya bukan jadi keterangan sehat, tapi keterangan sakit.
Kenapa kejadian ini menjadi keuntungan untuk saya? Karena, saya jadi ada hiburan untuk ditonton sambil nunggu giliran dipanggil (meski sempet ikut tegang juga nontonnya), pasca kejadian ini semua petugas jadi lebih sigap kerjanya. Front office yang tadinya letoy menerima pengunjung yang datang dan memanggil nomer antrian pengunjung, sekarang jadi bersemangat. Begitu juga petugas kasir dan lainnya. Sekarang jadi berasa nonton video, tapi kecepatan videonya dimajukan 1,5x. Saya dari bayar di kasir, sampai menerima surat keterangan sehatnya bahkan tidak sampai 10 menit. Thx bapak yang tadi.
Pacar bilang biaya bikin surat keterangan sehat cuma 7000 perak. Untung saya bawa uang lebih. Kenyataannya bayar 21ribu. Tujuh ribu itu kalo di puskesmas-puskesmas di kabupaten Badung.
Surat keterangan sehat udah dapet, saatnya bayar biaya perpanjangan SIM. Di lembar registrasi pendaftaran online tercantum biaya perpanjangan SIM sebesar 75ribu. Di situsnya dijelaskan kalo bayarnya bisa di ATM BRI.
Saya gak punya ATM BRI. Kebetulan kantor deket dengan kantor BRI, saya langsung saja ke kantornya. Nyampe sana, saya langsung nanya ke security, bayar perpanjangan SIM di bagian mana? Pak security tampak bingung. Ia minta waktu untuk bertanya ke petugas di bagian office, ruangannya di dalam, sambil membawa lembar registrasi milik saya.
Lima menit kemudian security kembali,"Bli sudah coba ke polresnya langsung?" tanya pak security.
Saya jelasin kenapa saya milih bayar langsung kesana.
"Coba langsung ke polresnya saja ya, Bli," saran pak security lagi.
Saya langsung ingat kalau memang ada stand bank BRI di setiap polres. Saya pun mengiyakan saran pak security. Dan berencana langsung bayar ke polres dua hari lagi. Soalnya besoknya saya gak bisa ke polres karena ada tugas lapangan ke Jembrana yang tampaknya sampai sore, dan ketika saya di BRI itu pun sudah lewat jam 12, sedangkan di keterangan pada lembar bukti pendaftaran/registrasi SIM online disebutkan untuk datang dari jam 8 - 12 siang.
Saya sempat mencoba bayar lewat ATM minjem kartu ATM-nya pacar. Jadi ketika setelah memasukkan pin, pilih opsi pembayaran -> lainnya -> POLRI -> SIM. Akan muncul perintah memasukkan nomor registrasi. Namun ketika saya mencoba memasukkan nomor registrasi, gagal. Sistem menolak. Muncul keterangan kalau pembayaran untuk pilihan itu belum ada. Saya coba beberapa kali, saya lebih cermat lagi ketika memasukkan nomer registrasi, tetap tidak bisa. Saya simpulkan, mungkin untuk di Bali belum tersedia layanan pembayaran SIM Online lewat ATM.
Pada hari sabtu jam 8 saya pergi ke polres. Gak sempet makan, bahkan minum, tapi masih inget mandi Saya buru-buru ke polres. Jam 8 sudah termasuk kesiangan kalo mau ke polres di hari sabtu. Pacar sudah nanya ke bapaknya yang seorang polisi tentang jam operasional polres di hari sabtu. Katanya polres cuma buka sampai jam 10.
Saya sudah panik. Baru bangun jam sudah nunjukin pukul 8 kurang dikit. Motor gak isi bensin, dan rantainya kendor. Sempet mampir ke bengkel langganan, ternyata belum buka. Mungkin ini cara tuhan mau ngasi tahu saya untuk ke polres aja dulu, ngurus motornya nanti setelah urusan SIM selesai.
Jam 9 lebih dikit, saya sudah sampai polres. Setibanya disana, kondisi tempat pengurusan SIM benar - benar chaos. Apa yang terjadi disana? Saya lanjutkan di tulisan selanjutnya.
No comments :
Post a Comment